Kilas Balik Kisah Marc Marquez di Honda, dari Digdaya hingga Nelangsa

Hengkangnya Marc Marquez dari Repsol Honda mungkin adalah sesuatu yang tadinya tak terpikirkan empat tahun lalu.

Share:
article
(FOTO: MotoGP)
MotorSports
(FOTO: MotoGP)

Selama ini, Honda sering dianggap terlalu berorientasi pada Marquez seorang sehingga melupakan input dari pembalap lain.

Begitu dominannya Marquez bisa dilihat dari raihan poin Honda di klasemen konstruktor musim 2019.

Dari 458 poin yang didapat Honda, 420 di antaranya hanya dari Marquez seorang.

Jika poin dari Marquez dihilangkan, maka Repsol Honda hanya akan meraih 38 poin, alias peringkat kedua dari bawah.

Kebijakan itu pada akhirnya jadi bom waktu. Pada musim 2023, motor Honda tak cukup kompetitif untuk bersaing dengan pabrikan-pabrikan Eropa.

Baca juga: Nelangsa Repsol Honda, Dulu Diibaratkan "Barca Madrid"-nya MotoGP, Sekarang…

Motor yang tadinya hanya bisa dipakai Marquez akhirnya juga tidak bisa dipakai oleh sang pembalap andalan.

Alih-alih menang dan bersaing di papan atas, Marquez lebih sering mencium aspal dan gagal menyelesaikan balapan.

Terkait hal ini, pembalap penguji Honda, Stefan Bradl sempat mengungkapkan sebuah fakta.

Kata Bradl, Honda kalah bersaing dalam perubahan teknologi balap di MotoGP.

Eks rival Marquez saat di MotoGP 2011 itu percaya Marquez masih punya potensi besar.

Namun teknologi motor di MotoGP menghambat pembalap yang identik dengan nomor 93 itu.


Baca Juga

Veda Ega Pratama finis di posisi 2 pada race 1 dan race 2 Red Bull Rookies Cup 2025 Austria/foto: Red Bull Rookies Cup

Veda Ega Pratama Promosi ke Moto3 Musim 2026

Raul Fernandez pembalap Trackhouse Racing Team/Sumber IG @raulfernandez_25

Hasil Race dan Klasemen MotoGP Australia 2025

Hasil Kualifikasi MotoGP Australia 2025